Pendahuluan
Defisiensi besi adalah kekurangan besi dalam tubuh karena kosongnya cadangan besi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang berperan diantaranya kehilangan besi sebagai akibat pendarahan, kurangnya asupan akibat taraf sosial ekonomi, kebutuhan yang meningkat seperti pada wanita hamil, serta gangguan penyerapan besi di dalam tubuh akibat kesalahan kombinasi jenis asupan.
Setiap hari tubuh membutuhkan 20-25 mg besi untuk eritropoesis dimana 95% besi berasal dari perputaran daur eritrosit dan katabolisme hemoglobin. Sehingga hanya sekitar 1 mg besi setiap hari (5% dari daur eritrosit) yang dibutuhkan dari luar tubuh baik yang berasal dari protein hewani (besi heme) ataupun dari tumbuh-tumbuhan (besi nonheme). Kebutuhan ini dapat berbeda karena faktor usia dan jenis kelamin.
Jika kebutuhan besi tiap harinya dipenuhi, maka besi sebagai mikronutrien dan trace element dalam tubuh dapat menjalankan fungsi untuk mensintesis hemoglobin, mioglobin, dan beberapa enzim seperti sitokrom di dalam tubuh manusia. Apabila kebutuhan besi dalam tubuh tidak tercukupi dan tidak segera diatasi, maka manifestasi klinis yang paling awal dan sering terjadi adalah Anemia Defisiensi Besi (ADB). Jenis anemia karena penyakit kronis ataupun Ressless Leg Syndrome (RLS) juga dilaporkan, namun patofisiologinya tidak diketahui dengan jelas
ADB paling sering terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terkait dengan taraf ekonomi yang relative rendah, kurangnya asupan protein hewani, dan investasi parasit pada daerah endemik. Prevalensi ADB pada laki-laki 16-50%, 25-84% pada wanita tak hamil, 46-92% pada wanita hamil yang relatif rendah pada trimester I dan kemudian meningkat pada trimester II. Sekitar 50% ADB pada wanita hamil terjadi setelah kehamilan 25 minggu. Terdapat penelitian yang melaporkan sejumlah 24% dari penderita ADB menunjukkan gejala RLS.
Oleh karena tingginya insiden defisiensi besi di Indonesia, di bab selanjutnya akan dibahas mengenai patofisiologi, gambaran klinis, penilaian secara nutrisional, cara mendiagnosis serta manajemen untuk mengurangi angka insiden serta menurunkan mortalitas dan morbiditas akibat defisiensi besi.
Download complete file [Doc]
Download Powerpoint [Ppt]
Related Reference:
1. Earley CJ.Restless Legs Syndrome. N Engl J Med 2003;348:2103-9.